Aku menulis maka aku belajar

Wednesday, June 4, 2008

Anakku Bertanya


Anakku bertanya,
"Papa, kenapa kita manusia?"
Bibirku kelu tak daya menjawab...
Yah, memang Tuhan menciptakan manusia, binatang, tumbuhan dan alam semesta.
Kitalah yang manusia itu, jawabku sebisanya.

Anakku bertanya,
"Papa, Tuhan itu laki-laki atau perempuan?"
Lagi-lagi bibirku kelu, otakku tersudut di batas rasional...
Yah, Tuhan itu bukan laki-laki dan bukan perempuan.
Cuma segitu yang bisa kukatakan.
"Jadi Tuhan itu bencong ya?" lanjut tanyanya.

Anakku bertanya,
"Papa, Tuhan itu tinggal di mana?"
Yah, Tuhan tinggal di dalam hati kita, begitulah jawabanku yang klasik.
"Kenapa Tuhan tidak tinggal di rumah kita saja?" ia bertanya lagi.

Anakku bertanya,
"Papa, kalau aku keluar dari perut mama, bagaimana aku bisa ada di situ?"
Yah, Tuhan yang menaruhmu di situ... jawabku.

Anakku bertanya, bertanya, dan bertanya terus...
Dan aku, makin bisu, makin kelu, makin dungu, di hadapan anakku yang bertanya...
Termangu dungu, lama kuberpikir... aku masih buntu ketika membaca:
"Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (Mrk. 10:15).

Kubayangkan, Kerajaan Allah tentu penuh sesak dengan teriakan, lengkingan, tangisan, rengekan, raungan para penghuninya... yang anak-anak kecil itu.
Kubayangkan, Kerajaan Allah tentu penuh belepotan air liur, kencing, pup para penghuninya... yang anak-anak kecil itu.
Kubayangkan, Kerajaan Allah tentu hiruk-pikuk dengan bermacam-macam permintaan dan pertanyaan yang aneh-aneh dan neko-neko dari para penghuninya... yang anak-anak kecil itu.
Kubayangkan, Kerajaan Allah tentunya bukan tempat yang khusuk, khidmat, kudus, hening, tetapi hidup, bergairah, menggemaskan, menjengkelkan, kadang membuat naik pitam.

Masih termangu dungu, aku tak cukup mengerti,
Kenapa orang-orang yang berikrar syahid demi agama dan Tuhannya, jauh dari kepolosan untuk menerima kehadiran Sang Tuhan itu dalam hiruk-pikuk perbedaan, gegap-gempita doa dan pujian rohani, warna-warni keberimanan.
Jika Tuhan tak marah kalau Kerajaan-Nya belepotan air liur, kencing dan pup... kenapa kita marah karena ada orang yang berbeda memahami Sang Misteri itu?
Apakah keberanian menyakiti sesama adalah juga karunia Sang Ilahi yang dalam kemuliaan-Nya menyuruh kita mengasihi, bahkan musuh kita?
Kenapa kita marah kalau rumah kita, gereja kita, kuil kita, sinagoga kita, masjid kita, pura kita, dikotori oleh plastik-plastik pembungkus makanan atau permen... tapi kita takluk untuk diam pada amarah yang mengotori ceruk-ceruk hati kita hanya karena si anu berbeda warna kulit, berbeda cara sembahyang, berbeda bahasa, berbeda iman, dan berbeda sebagainya?

Anakku bertanya, bertanya, dan masih bertanya...
Dan aku, tetap termangu dungu, mencoba menyelam ke dasar kalbu...
Aku tetap membisu kelu karena aku masih termangu dungu...
Hanya bisa menggumam usang, "Hanya Tuhan yang tahu."

*Ketika orang-orang saling menyakiti yang lain atas nama Tuhan dan kebenaran... di Monas Jakarta 1 Juni 2008.

4 comments:

  1. tulisan ini menarik sekali..puitis juga..sorry beta tatawa sadiki waktu membayangkan kalo surga pono deng air mulu..ha..ha..e..kadang katong bingung waktu dengar orang bilang Nabi Isa itu bukan beragama Kristen..beta jaga bilang par anana mahasiswa..eh kupluk..Ontua tu seng beragama..ini malah tambah bikin anana bingung..dasar binungku..BTW, comment di blogger agak ribet ya.. :lol:

    ReplyDelete
  2. Danke bung... su mangente beta pung walang busu ni. Akang jadi jua par dudu kewel kahidopang yang tamba hari tamba susa ni ale. Seng talalu puitis jua bung, cuma beta sedang bereksperimen dengan genre tulisan yang tak lazim sa... Kadang2 pikirang su macet voor tulis fenomena kekerasan di sekitar kita.

    Mena Muria!!

    ReplyDelete
  3. IIa Om Beta wakTu baca akang beta ta2wa..... wkwkwkwkwkwkw

    Apalagi waktu Om Pung ana Bilang "berarti Tuhan BencOng donG"
    wkwkwkwkwkwkwwkkw..

    Om Pung ana Tu PAleng BatanYA eeee...
    PASti Lucu Tuh Kyk Beta pung keponakan..... hehehehehehe

    mhmhmhm,,, Om iio.... kuli gula2 sa katong seng boleh buang di Greja..... dgn alasan nanti Tuhan Marah.... Padahal dong pamalas manyimpang greja neh.... heheheheh

    ReplyDelete
  4. Iyo ale tamang, beta pung ana ni memang paleng suka batanya. Beta deng maitua memang selalu ladeni dia pung pertanyaan supaya dia terlatih voor bertanya. Memang kadang2 taparegu lai deng dia pung batanya macang bagitu, maar lebe bai dia diajar brani bertanya to... karna akar ilmu pengetahuan adalah keberanian untuk bertanya tentang apa saja.

    ReplyDelete

One Earth, Many Faces

One Earth, Many Faces