Aku menulis maka aku belajar

Monday, January 28, 2008

Dik, Aku Pergi Dulu...


Dik, aku pergi dulu
Panjang jalan yang telah kita tempuh
Bukanlah jalan mulus-lurus
Tapi semangkin aku menapaki tiap ruasnya
Aku semangkin melihat nur yang silaukan mata
Kakiku sudah terayun

Dik, aku pergi dulu
Kita pernah bersama mesra
Mencicipi tetes demi tetes anggur yang kita peras bersama
Tapi, dik, kepalaku mumet karena tumpah-ruah menenggaknya
Kamu nggak apa-apa kan, dik?

Dik, aku pergi dulu
Jalan ini ternyata berlekuk dan nikmat
Aku lupa sepatuku, dik
Banyak semut merah menyengat jari-jari kakiku
Sakit sekali, dik
Syukurlah, berjubel kerabat-sahabat memberiku sandal keramat
Kuinjak-injak saja semut-semut kecil tak laku itu
Toh mereka tak akan jadi langka

Dik, aku pergi dulu
Ada bayi-bayi lucu yang pernah menginap di rahimmu
Yang kauselimuti senyum keanggunanmu
Mereka sudah besar sekarang
Kau bisa kan merawat mereka?
Rasanya aku makin ringkih mengakrabi anak-anak
Yang memilih untuk tidak menjadi dewasa

Dik, aku pergi dulu
Lelah aku tersimpuh di bawah rindang beringin
Sejuknya menembus aku merinding
Ah, dik, beringin ini membuatku lelap sekejap
Aku mimpi bercengkerama dengan dinding
Tersadar aku sendiri, di bawah rindang beringin

Dik, aku pergi dulu
Meski letih merintih dalam cinta dan rindu
Aku kan manusia, dik
Auh! Sial, dik, semut-semut merah kecil itu terus menggigitku
Aku perlu sepatu besi, dik... bukan sandal basi
Merah kakiku tersengat ulah semut-semut itu
Tapi senang karena mereka bersarang pada jejak sandalku

Dik, aku pergi dulu
Nafasku sesak tapi sukmaku lega
Karena aku memilih pergi dalam gulita
Aku temukan gelung kondemu, dik
Mau kan kau menantiku di ujung jalan itu?
Kau di mana, dik?
Tak tampak tapi aku kok krasan senyum anggunmu
Yang pernah memberiku matahari

Dik, aku pergi dulu
Biar saja cinta kita menjadi rahasia
Kunci kotak permata itu sudah kubuang ke laut Banda
Jangan minta maaf, dik
Karena cinta menutupi maaf
Sudahlah, dik... jangan menangis
Tak ada lagi yang bisa ditagih
Parau mereka makin lirih

Dik, aku pergi dulu
Lengser keprabon dari kilat silau para pencipta citra,
Menyuruk hening menepis kicau para penjerat berita,

Adios amigo... yang mencibir dengan pahatan torso
Tak apalah jika tak tersisa
Asal mereka tahu aku tetap perkasa

Dik, aku pergi dulu...

(ovasi buat Soeharto, yang pernah terbenam dalam sel-sel kelabu otakku, menggumpalkan memoriku tentang seorang manusia ampuh-perkasa di negeri rapuh-mati-rasa, Ahad 27 Januari 2008 – steve gaspersz)

No comments:

Post a Comment

One Earth, Many Faces

One Earth, Many Faces